![]() |
Gambar diambil dari google |
Orangtua mana yang tidak senang
melihat anaknya diwisuda. Dengan baju kebesarannya (besar dalam arti yang
sebenarnya) lengkap dengan topi yang ada kucirannya. Saya rasa hampir setiap
orangtua pasti akan bangga ketika anaknya berhasil menyelesaikan studinya.
Bahkan untuk menghadiri acara wisuda saja, orangtua sudah mempersiapkan banyak
hal jauh-jauh hari sebelum datang hari sakral itu, baik mengenai baju yang
digunakan, transport yang akan
digunakan, serta tempat penginapan untuk yang berasal dari luar kota. Bahkan
pengalaman teman saya sendiri, terutama teman-teman cewek yang akan wisuda,
harus rela antri dari jam 3 pagi hanya untuk berdandan di salon. Dan saya tidak
kebayang jika sudah rapi dengan kebayanya, sudah cantik dengan make up tebalnya, tiba-tiba ada
panggilan alam dari dalam perutnya. Betapa apesnya, ketika baju kebaya yang
sudah rapi harus diacak-acak lagi, make
up tebal yang mampu membuat orang sangat berbeda dengan aslinya mulai
luntur karena keringat. Beruntungnya saya jadi lelaki yang tidak ribet ketika
mau diwisuda. Jangankan nyalon, baju sama sepatu aja minjem. Hahaha J
Bagi wisadawan/ti sendiri, wisuda
seperti halnya sebuah pintu, pintu untuk keluar dari segala permasalahan
akademik, entah itu bernama mata kuliah, maupun dari tugas akhir seperti
skripsi. Selain itu, pintu itu juga bermakna bahwa setelah wisuda akan ada
pintu kehidupan baru dan tentu dengan tantangan baru pula.
Masa kuliah, yang kita
hadapi adalah materi-materi kuliah yang lebih banyak bersifat teoritis, serta
ditambah dengan beberapa materi yang sifatnya langsung terjun ke lapangan. Dan
menurut saya itu kombinasi yang bagus, disamping kita belajar yang sifatnya
teoritis, kita juga harus merasakan terjun ke lapangan. Namun dalam hal ini
mungkin bobotnya saja yang perlu ditinjau lagi.
Dalam perjalanan studi saya, justru
masa-masa skripsi lah yang paling menentukan. Kenapa bisa begitu? Karena jika
kita tidak mengerjakan skripsi sangat mustahil kita bisa lulus :-P Meskipun ada
juga salah satu teman dekat saya yang gagal wisuda karena cuma kurang mata
kuliah 2 SKS. Bisa dibayangkan 2 SKS itu bernilai sebesar biaya satu semester,
bukan hanya masalah biaya, namun juga masalah waktu, harus rela ditunda
wisudanya selama satu semester. Jadi jangan heran jika beliau sekarang jadi
Bapak Manager HRD, sesuai lah dengan pengorbanannya. Dan rasa-rasanya kita semua perlu berterima
kasih dengan teman saya tersebut. Dengan adanya kasus itu, pihak pengelola program studi juga melakukan evaluasi kinerja dan pelayanan kepada mahasiswa.
Skripsi menjadi sangat menentukan karena
kita dituntut untuk membuat karya ilmiah sesuai yang kita ajukan, membuat
deadline sendiri, meski pada akhirnya diingkari sendiri juga. Dalam proses
skripsi yang kita hadapai bukan hanya dosen penguji yang killer bin kritis
namun juga diri kita sendiri, terutama rasa malas. Sekali menunda skripsi
efeknya luar biasa, bisa sampai satu bulan baru sadar mau membangun mood lagi untuk mengerjakan lagi. Nah, itu pengalaman pribadi saya sendiri. hehehehe
Kembali lagi masalah wisuda. Wisuda (katanya)
adalah sebuah ceremonial yang sangat sakral.
Bahkan karena sakralnya, wisudawan yang terlambat datang dilarang masuk,
mungkin karena akan akan menganggu jalannya prosesi wisuda yang sudah dimulai. Namun masih ada
slentingan-slentingan yang menodai kesakralan wisuda. “Wisuda, sebuah ceremonial yang seperti halnya acara launching pengangguran” komentar yang
membuat saya “makjleb”. Betapa tidak, kami yang telah berjuang untuk bisa
lulus, dan mendapatkan predikat sebagai orang yang (dianggap) terdidik karena
berhasil menyelesaikan masa studi S1-nya, masih harus berusaha lebih keras lagi
untuk menghadapi dunia luar yang penuh ketidakpastian ini. Namun hal itulah
yang membuat kita agar lebih terus berusaha lagi. Tetep semangat mbuh piye carane.
Wisuda adalah sebuah pencapaian,
pencapaian atas segala hal yang telah kita mulai. Berawal dari berebut
kursi untuk bisa kuliah di perguruan tinggi yang dicita-citakan, kemudian
menjalani proses kuliah, SKS demi SKS kita babat habis tiap semesternya, dan
skripsi sebagai gong dari serangkaian proses akademik ini. Namun tidak akan
berhenti di situ saja, wisuda adalah awal sekaligus ucapan selamat datang kepada
dunia luar, dunia yang menawarkan segala keindahan yang dibalut dengan
kerumitan-kerumitan.
Dan bagi teman-teman yang wisuda hari
ini, saya ucapkan selamat kawan. Semoga ilmunya bermanfaat. Dan yang belum
wisuda, semoga segera menyusul. Mau sampai kapan kalian terus bersembunyi. Sampai
kapan pertanyaan sensitif “kapan wisuda?” masih menjadi momok bagi
kalian? Kerjakan. . .kerjakan . . kerjakan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar