Saya baru mengetahui Temon Holic atau
yang sering disebut TH, ketika acara jalan sehat pas tahun baru kemaren. Saya
yang biasanya lebih memilih untuk tidur ketika di tempat saya ada hiburan
dangdut. Namun kemarin, sebagai panitia
jalan sehat dalam rangka menyambut tahun baru, sepertinya tidak ada alasan bagi
saya untuk lebih memilih tidur.
Agar semakin meriah dari pihak
panitia mengundang biduan-biduan kampung sebelah untuk memeriahkan acara jalan
sehat tersebut.
Pertama hanya lagu-lagu kenangan yang
sering dimainkan. Namun di saat Via Vallen KW Super bernyanyi diatas panggung, menyanyikan
lagu yang berjudul “Sayang”, giliran yang muda yang mengambil alih area depan
panggung untuk bergoyang. Di tengah keramaian bergoyang, ada yang menarik
perhatian saya ketika di samping panggung, ada yang bergoyang seperti orang
senam SKJ dengan satu orang sebagai ketuanya.
Ketika saya bertanya kepada salah
satu teman, ia memberitahu bahwa yang berjoget itu adalah Temon holic atau TH.
Pikirku “Temon holic atau TH, kui opo?”
Setauku Temon itu ya temannya Abdel yang bersama Mama Dedeh setiap pagi itu.
Melihat TH berjoget, saya jadi
teringat dengan seorang supeltas (Sukarelawan pengatur lalulintas) yang ada di
pertigaan dekat Kota barat, Solo. Jauh sebelum joget fenomenal “buka dikit joss”
yang terkenal ketika acara sahur itu. Acara tv yang berlanjut hingga setelah
lebaran dan hampir setiap hari diputar di jam regular. Kemudian bosan dengan
buka dikit joss-nya berganti dengan goyang “oplosan” yang berujung pada surat
teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI. Di solo sudah ada seorang
supeltas yang begitu fasih bergoyang. Supeltas yang nampak selalu bergembira
ketika mengatur lalu lintas kota Solo. Dengan earphone di telinganya, bergoyang mengikuti irama, sambil mengatur
padatnya lalulintas di pertigaan itu.
Ohiya, ngomong-ngomong, bagaimana
kabarnya orang yang didaulat sebagai si Raja goyang oleh salah satu stasiun tv
itu ya? Atau mungkin setelah menikah, dia sudah kembali ke jalan yang benar?
Entahlah, saya tidak mau jadi ahli ghibah.
Kembali lagi soal TH. Saya yang mulai
penasaran dengan TH, mulai mencari-cari informasi di internet. Dan saya menemukan
sebuah video dokumenter di youtube, tentang sejarahnya TH. Dari video itu saya
jadi sedikit tahu tentang sejarah TH.
Berawal dari seorang pemuda Klaten, yang bernama Muchtar Setyo Wibowo dan biasa dipanggil Temon. Temon seperti kebanyakan
orang, ia hobi menonton musik dangdut. Menonton dangdut tanpa goyang, itu
ibaratnya malam tahun baru tanpa kembang api. Dia yang begitu fasih berjoget
mengikuti irama gendang itu, mulai sering mendatangi dari kampung ke kampung, acara-acara
yang ada hiburan musik dangdutnya. Dan ketika salah satu OM Sagita Nada mulai
tertarik dengan keunikan goyangan Temon. Temon pun sering diajak ketika OM
Sagita Nada sedang ditanggap warga
masyarakat. Kemudian salah satu temannya mulai tertarik dan mengikuti gerakan Temon
di belakang. Kemudian semakin ia sering berjoget di mana-mana, semakin banyak
pula yang mulai tertarik mengikutinya dari belakang. Kemudian sekitar awal
tahun 2013 ada yang berinisiatif membentuk komunitas yang bernama Temon holic,
sebagai wadah orang-orang yang suka goyang dangdut. Jadilah Temon Holic atau TH
seperti saat ini.
TH seperti menjadi sebuah fenomena
sosial yang luput dari pengamatan saya. Namun TH saat ini bisa dibilang begitu
menjamur, terutama di wilayah karisidenan Surakarta, Seperti Solo, Klaten,
Sukoharjo, Boyolali, Sragen dan Karang Anyar. Jika ada hiburan dangdut saya
berani jamin bahwa TH akan ada di acara itu.
Goyangan TH bisa dibilang adalah
goyangan yang ekspresif, dan bisa jadi lagu dengan judul yang sama sekalipun
goyangannya bisa berbeda-beda, hal ini tergantung yang di depan. Karena ini
goyang, bukan senam SKJ yang musiknya itu, goyangan juga itu.
TH adalah suatu fenomena yang alami,
bukan merupakan settingan seperti halnya goyang fenomenal yang pernah menghiasi
layar kaca itu, yang merupakan settingan sang produser acara. Mungkin syarat
untuk melihat langsung adalah harus mau bergoyang mengikuti goyangan (yang
menurut mereka sebut sebagai) Si Raja Goyang. Dan tentu mereka mau-mau saja
bergoyang, lha wong ada hadiahnya
juga je.
Adanya TH, setidaknya dalam setiap hiburan
musik dangdut, akan ada dua hiburan sekaligus yang bisa dinikmati. Pertama
panggung musik dangdut itu sendiri, kedua para TH yang bergoyang mengikuti
irama gendang. Dan setidaknya dengan adanya goyang yang sedikit terkonsep
seperti itu, tingkat tawuran antar pengibeng
juga berkurang. Ngibeng itu apa? Ngibeng itu sama halnya dengan berjoget
atau bergoyang.
Dan mungkin tidak semua orang
mengetahui apa itu Temon holic atau TH, terutama mereka mendaulat dirinya
sebagai orang yang modern, atau menganggap musik dangdut adalah musik kampungan,
hiburan bagi orang-orang kelas ekonomi bawah. Tapi tidak dosa juga lho kalau sesekali
mencoba melihat di youtube dengan keyword “Temon Holic”.
Dan jika ingin lebih tahu tentang TH
atau Temon Holic silakan lihat video tentang Joget Damai Temon Holic
sumber gambar : solopos.com