![]() |
ilustrasi: cdn.playbuzz.com |
Kemarin salah satu kontributor lobimesendotkom yang baru
menjalani ospek posting cerita seram saat aku masih mengerjakan skripsi. Salah
satu unforgetable momen yang kulalui
bersama itu mahkluk yang ternyata mengikuti jejakku jadi mahasiswa legend. Selamat Ded, kau mahasiswa
sejati! Tinggal banyak tepe-tepe sama adik tingkat biar tambah legend.
Nah, aku gak nyangka ternyata Dedi mengawali cerita yang mau
kusajikan dalam #sundaynight kali ini. Jadi waktu itu, sebenarnya selain Dedi
ada dua penghuni lain yang sering nongkrong sambil download dan main game gitu. Nah, dua orang ini Sabtu kemarin baru
saja merayakan kelulusannya sebagai sarjana. Walau sebenarnya aku gak nyangka
dua orang ini bisa juga melewati cobaan skripsi.
Sebab mereka dulu, termasuk jenis mahasiwa yang gak mau
repot.
Bukannya malas lho ya, tapi kalau soal tugas kuliah memang
dua orang ini prokrastinasinya ngalah-ngalahin koala. Aku jadi merasa punya
kesamaan dengan mereka. Tidak kusangka kita bertiga cocok dan pernah mengalami
masa-masa indah waktu kuliah. Dua orang yang akan aku ceritakan ini,adalah inspirasi
persahabatan yang tulus.
Nanda dan Ista.
Pastinya kalian familiar dengan dua nama ini khaaan...
khann. Mereka sering kalian ledekin karena sering kemana-mana berdua. Ah kalian
tidak tahu saja kami dulu pernah bertiga. Nanda dan Ista ini pernah jadi saksi
cerita sedihku waktu kehilangan semangat mengerjakan skripsi. Mereka berdua
juga yang sering menemaniku di ruang HIMAPSI dulu dengan kekonyolan melebihi
manusia normal.
Kami bertiga sering bercanda-bercanda tidak jelas dan tak
tentu arah. Ketawa sampai perut sakit bahkan menangis. Settingnya aku
mengerjakan skripsi sedang mereka berdua mengerjakan tugas –baca: buka file
tugas lalu mantengin IDM. Mereka berdua yang menjadi saksi perjuanganku membuka
lembaran demi lembaran berkas skripsi di komputer HIMAPSI –yang setelah membaca
satu paragraf langsung kutinggal.
Kami dulu begitu akrab, meskipun tidak pernah main bareng.
Makan bareng ke tempat nongkrong pun belum pernah. Tapi
entah mengapa rasanya sekarang rasa dekat dengan mereka masih mengisi hatiku. Nanda
adalah cowok tanpa bulu, suka keliling-keliling muter-muter gak jelas, tulus
dan penyayang. Ista lebih sering diam, tapi kalau udah ngomong harus didengar
sampai selesai –kalau gak bisa kena tabokan dan gigitannya yang menyakitkan
namun legend. Aku kadang heran
mengapa bisa akrab dengan dua manusia aneh ini.
Cerita punya cerita, aku lulus lebih dulu daripada mereka.
Waktu itu kita sudah jarang ngobrol. Nanda mulai ambil parttime di sebuah lembaga hipnoterapi –yang
akhirnya malah jadi asisten tim sukses salah satu capres. Ista mengambil parttime di suatu toko perlengkapan outdoor. Aku sendiri sudah mulai jarang
ngampus dan kita akhirnya jarang ketemu. Rasanya waktu memang harus memisahkan
kami kala itu.
Lalu kita dipertemukan kembali di kedai Lambemoo. Kedai yang
dibuka Paul sejak Desember 2015 lalu. Di sini aku merasakan kembali hawa saat
kami masih bersama dulu. Bercanda , marah-marahan, saling cerita pengalaman dan
apa saja yang kita tahu. Aku kembali dekat dengan mereka. Rasanya aku memiliki
kembali waktu yang dulu pernah hilang.
Ada sebuah cerita yang kami simpan dan selalu membuat kami
tertawa.
Kau tahu itu Ded! Karena kamu saksi hidup kekonyolan kita
dan aku tahu kamu gak bisa berhenti ketawa sampai berhari-hari. Kurang ajar
benar si Dedi ini, cuman liat doang dan menikmati pertunjukan dengan muka tanpa
dosa. Sambil sok lugu mantengin monitor kompi HIMAPSI padahal sebenarnya
nguping.
Kala itu aku sedang beristirahat dari kepusingan menerjemahkan
buku elektronik demi melengkapi teori bab 2 skripsiku. Aku berbaring di
tumpukan tikar dekat pintu dengan posisi telentang. Ala cowok lagi di pantai
gitu. Nanda dan Ista seperti biasa, bercanda seperti anak SD. Tabok-tabokan,
cubit-cubitan, dan pasti akhirnya Nanda yang jadi korban.
Aku ketawa-ketawa saja melihat pertunjukan komedi realiti
itu. Ceritanya Nanda lalu pamit mau beli makan. Sambil ledek-ledekan sama Ista
dan waktu mau sampai pintu akhirnya kembali lagi buat bales ledekannya Ista. Akhirnya
tabok-tabokan lagi dah. Buat info saja, Ista ini memang agak hiperkinetik kalau
udah on. Tapi akhirnya Nanda pun
mantap buat pergi. Ista meledek tapi tidak dapat respon.
Gak tahu ya, mungkin karena pingin diperhatiin Ista
mengambil segelas Aqua lalu melempar ke arah Nanda. Sementara ia tidak tahu dan
aku menahan tawa, bersiap buat adegan selanjutnya yang pasti lebih lucu. Kayak Saitama
yang kepalanya dipukul monster tapi cuma goyang-goyang gitu bayanganku dulu –eh
One Punch Man dulu belum ada ding.
Aku tidak tahu dapat perintah dari siapa, gelas Aqua itu
tahu-tahu berbelok meliuk ke arah tengah pangkal pahaku yang terbuka. “Bugh!”
gelas Aqua itu jatuh menimpa ‘si adik’ yang masih lugu belum pernah
dipakai. Kontan aku mengaduh dan meringkuk. Rasanya dunia seperti sudah
berakhir. Rasa sakitnya sampai kepala.
Dedi, yang tadinya diam sambil kedip-kedip mata tahu-tahu ketawa aneh kayak ditahan-tahan gitu. Nanda yang belum sampai pintu malah
berguling-guling sambil memegangi perut. Ista menutupi wajahnya sambil ketawa
tanpa suara, tangannya menepuk-nepuk lantai. Aku sendiri sebenarnya juga
mau ketawa. Tapi kalau ketawa jadi aneh orang masih nahan sakit.
Baru setelah nyerinya sedikit berkurang, aku melepas pegangan tanganku. Kami liat-liatan
lalu terbahak-bahak bareng lebih keras daripada tadi. Nanda entah
masih lapar atau tidak malah menambah durasi ketawa kami dengan candaannya yang
wagu. Kami tambah gak bisa berhenti ketawa. Aduh, aku nulisnya ini juga sambil
ketawa coba.
Bentar, mari kita kasih jeda buat ketawa. Sudah? Kalau sudah mari lanjut baca lagi.
Ah, Nanda dan Ista –juga Dedi tentunya yang numpang beken di
tulisan ini. Sumpah, itu salah satu kenangan paling indah yang pernah terjadi
dalam hidupku. Aku kadang masih merindukan saat-saat itu. Momen waktu aku belum
memikul banyak hal seperti sekarang. Momen-momen di mana aku bisa tertawa
lepas, sedih, marah seperti anak kecil yang polos.
Aku mungkin takkan menemukan sahabat sebaik mereka. Nanda yang
tulus, sabar, lemah terhadap perempuan, selalu tampak ceria dengan senyum dan
tawanya yang mirip anak kecil. Ista yang ramah,tegas kalau sudah punya
komitmen, suka ngebosi tapi kalau sudah tersentuh berubah jadi sangat penyayang.
Ah, kalian benar-benar takkan tergantikan.
Kita akan terpisah karena kita menjalani hidup di kota berbeda.
Tapi kuharap lagu Secret Base- Kimi Ga Kureta Mono yang dinyanyikan Kayano Ai, Tomatsu Haruka dan Hayami Saori ini
mampu menjaga kenangan kami. Lagu yang kemarin sempat dikutip tautan suaranya
di soundcloud sama Dedi. Lagu ini
menceritakan perpisahan dua orang dengan harapan mereka agar bertemu kembali. Lagu
yang sangat kami sukai bahkan sampai sekarang sudah di-cover dengan berbagai versi.
Kau, dan akhir musim
panas
Dan mimpi-mimpi masa
depan
Harapan besar kita,
aku takkan melupakannya
Aku percaya kita akan
bertemu 10 tahun lagi di bulan Agustus
Aku tahu kau berteriak
:”Terima kasih” dari dasar paling dalam hatimu.
Sebuah perpisahan
ketika kau menahan air mata dan senyummu yang kesepian.
Itu kenangan terindah
kita.
The best memories... Saikou no omoide wo...