![]() |
Sumber gambar |
Beberapa hari yang lalu, handphone android saya tiba-tiba menjadi
sangat lemot. Kemudian, bertambah semakin parah ketika handphone malah sering restart sendiri. Ada perasaan ragu
ketika akan melakukan factory reset.
Namun, sepertinya hal itu akan membuat handphone
kembali normal jaya lagi.
Dan akhirnya, saya memutuskan untuk
melakukan factory reset, agar handphone itu tidak benar-benar membuat pemiliknya
“gila”. Tentu hal ini bukan berarti
tanpa risiko, karena semua data secara otomatis akan lenyap. Tanpa back-up apapun, saya pun melakukan factory reset sambil dalam hati berguman,
“Kalau masih sering restart lagi,
meski sudah dilakukan factory reset,
saya bakal beli handphone lagi saja,
dan handphone ini bakal saya hibah-kan”
Setelah di factory reset, handphone
kembali ke pengaturan awal, seperti saat handphone
baru dibeli. Masih sangat ringan! Kemudian saya memasukan SD-card, meng-copy kontak dari sim-card. Ada beberapa kontak yang hilang,
terutama yang disimpan dalam memory
internal. Handphone menjadi benar-benar lancar jaya lagi. Bersyukur,
karena itu artinya saya tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli handphone lagi. Semakin dewasa, saya
semakin sadar akan pentingnya akan asas manfaat, membeli sesuatu sesuai
kebutuhan, bukan keinginan. Dan eling
cicilan!
Factory reset,
adalah hal yang memang harus dilakukan ketika system android mengalami gangguan yang berakibat pada performance handphone yang tidak
maksimal. Untuk kasus PC, jika mengalami gangguan, atau sudah “terjangkit”
virus, mungkin harus dilakukan adalah install
ulang. Dan benar, pada android saya, handphone
kembali normal jaya lagi. Handphone
kembali berjalan tanpa beban, atau tidak lemot lagi, bahkan sudah tidak sering
galau (baca; restart sendiri)
***
Belajar dari kasus handphone android saya, awalnya saya
adalah orang yang sangat mempercayai, bahwa segalanya akan berjalan baik-baik
saja setelah sebuah hubungan harus berakhir. Namun, semakin lama saya
mempercayai itu, saya semakin percaya bahwa hal itu adalah, bullshit!
Saya pernah mempunyai teman yang
mengalami hal yang dalam keadaan kacau, ia seperti handphone android yang lemot, sering restart-restart sendiri (baca; galau akut). Bahkan saking nglantur-nya, sempat terbesit bahwa mati
adalah sebuah jalan yang terbaik saat itu. Hingga pertanyaan melalui pesan
singkat “Bagaimana caranya cepat mati, tapi tidak bunuh diri?” saya kala itu
hanya membalas pesan singkat itu dengan jawaban yang singkat pula, “kamu sedang
gila, mending banyak istighfar”
Dan dalam sebuah obrolan, kawan saya
yang masih “setengah gila” itu megungkapkan tentang “install ulang”. Iya install
ulang perasaan! Saya awalnya tidak mempercayai hal itu, karena saat itu saya
masih berkeyakinan bahwa segalanya akan berjalan baik-baik saja tanpa harus
melupakannya. Tapi, itu salah! Ada saat-saat dimana saya akan mengingat hal-hal
kala bersama, dan itu unpredictable.
Melihat DP BBM saja, itu sudah mampu
menggiringku untuk menziarahi masa lalu. Dan itu adalah momen ter-kampret dalam hidup.
Memaafkan saja ternyata tidak cukup,
namun juga harus bisa melupakan. Caranya? Yaitu dengan “install ulang” atau “factory
reset”. Untuk membuat system
android bisa berjalan lancar dan tanpa beban lagi, ternyata harus melepaskan,
agar memory menjadi lebih longgar dan
tentu itu akan membuat handphone bisa
menjadi lancar jaya lagi. Dalam hal ini adalah dengan melupakan. Iya,
melupakan!
Tidak perlulah melakukan
tindakan-tindakan yang penuh dosa seperti mabuk hingga pagi, untuk melupakan
dan melepaskan segala beban dalam pikiran akibat putus cinta. Dengan melakukan
hal-hal sederhana seperti memblokir semua akses yang berhubungan dengan si dia,
memblokir semua jejaring sosialnya, delcon kontak BBM, kemudian buang semua
hal-hal tentang dia, adalah sesuatu yang perlu dilakukan. Bahkan bila perlu,
tinggalkan kota yang penuh kenangan bersama si dia untuk beberapa saat. Setelah
itu, cari pengalihan lain yang tentu membuat kita menjadi lebih produktif,
seperti menulis. Ingat dengan Abang Muluk dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck? Bagaimana Muluk seorang penjudi ternyata mampu menasehati Zainudin
ketika sedang patah hati karena ditinggal rabi
Hayati.
Mungkin bagi yang sedang mengalami
patah hati, kita bisa belajar dari kisah Zainudin. Kala itu, Zainudin tepar dua bulan akibat patah hati dengan
hayati. Kemudian ia bisa bangkit kembali, karena nasehat dari Muluk. Dan taukah
siapa Muluk itu? Muluk adalah seorang penjudi. Ada sebuah pesan yang coba
disampaikan oleh penulis, yaitu Buya Hamka, bahwa tidak perlulah melihat siapa
yang menyampaikan, namun perhatikan apa yang disampaikan.
Zainudin kala itu ingin mencoba memulai hidup
baru dengan memutuskan untuk merantau ke Batavia (sekarang Jakarta) dan
meninggalkan nagari yang katanya beradat dan penuh kenangan bersama Hayati.
Di Batavia Zainudin mencoba
membebaskan diri dengan menuliskan segala kesedihannya. Dan benar! Semua
tulisannya begitu dinikmati pembacanya. Pembacanya seperti ikut merasakan
derita zainudin. Jadilah kisah sedih yang dialami oleh zainudin kemudian
dirasakan secara berjamaah, karena membaca tulisannya mampu terbawa emosi dan
larut dalam kesedihan.
Handphone
android dan Zainudin telah mengajari bagaimana seharusnya dalam menghadapi
patah hati. Jadi, buat apa larut dalam kesedihan? Dan untuk mengakhiri tulisan
ini saya akan mengutip nasehat Abang Muluk kepada Zainudin “Apa sebab hati akan dibiarkan sedih dan bersusah di dalam alam ini?
Padahal lapangan kemuliaan dan perasaan bahagia terbuka buat semua orang! “