Ketika ada sebuah pesan facebook, dan
ternyata itu adalah japri-japri dari
Deddy, bahwa ia mau ikut berkontribusi di lobimesen.com ini, ada sebuah perasaan
senang, mengingat blog bersama sedang butuh kontributor agar memberikan nuansa
yang berbeda. Namun, ada juga perasaan khawatir, karena hal ini menjadikan
Deddy menjadi malas mengerjakan “tugas sucinya”. Apalagi kalau bukan skripsi!
Sedikit bisa bernafas lega ketika
tulisannya yang berisi curhatan sebagai mahasiswa semester akhir, ia posting di
blog bersama ini. Setidaknya, ada wadah untuk menampung segala keluh kesahnya
ketika galau mengerjakan skripsi.
Dan karena beberapa hari yang lalu,
Deddy sempat mengabari kami akan off sampai
waktu yang tidak ditentukan, karena harus segera fokus untuk menyelesaikan tugas
sucinya. Saya pun tidak bisa berkata apa-apa. Dan sebagai kakak tingkat, saya
hanya akan memberikan sedikit wejangan
kepada Deddy yang sedang mengerjakan skripsi, syukur-syukur bisa bermanfaat
bagi mahasiswa semester akhir lainya.
***
S – K – R – I – P – S - I. Entah
kenapa, susunan huruf yang membentuk kata “skripsi” itu, seperti nampak biasa.
Namun, bagi sebagian orang (terutama mahasiswa semester akhir) bisa nampak
menjadi kata-kata horor. Dan ke-horor-an kata “skripsi” sama halnya dengan kata
“nikah” bagi orang yang sudah dewasa dan mapan secara ekonomi namun tak pernah
merasakan manisnya pacaran.
“skripsi” dan “nikah” Selain menjadi
kata yang sangat sensitif. Pertanyaan yang melibatkan dua kata tersebut, mampu
merusak nafsu makan ketika lebaran yang penuh dengan makanan enak. Untuk kata
yang pertama saya pernah mengalaminya, untuk yang kedua, belum! Mungkin lebaran
tahun ini!
Skripsi merupakan sebuah “tugas suci”
yang harus diselesaikan, agar mahasiswa bisa lulus dari cobaan dalam dunia
perkuliahaan. Skripsi seakan menjadi momok
bagi sebagian orang, karena lambannya proses skripsi, juga sangat berpengaruh
pada lamanya masa studi.
Meski saya juga bukan orang yang
pintar dalam hal akademik, yaitu seperti halnya orang-orang dengan IQ di atas rata-rata, yang mampu
menyelesaikan kuliah di usia muda, yaitu bisa lulus kuliah dalam waktu 3,5
tahun, plus dengan predikat cumlaude. Duh! Saya hanya bisa
membayangkan, betapa menderitanya ketika saya menjadi orang seperti itu. Namun,
saya bisa lulus kuliah S1 dalam waktu 4 tahun, lebih 10 bulan (sengaja saya
tidak menggunakan kata 5 tahun, kurang 2 bulan, heheheJ) itupun setelah saya sadar, bahwa hampir 1
tahun sudah dikerjain dosen (baca; membantu project
dosen). Karena, normalnya kuliah S1 bisa ditempuh rata-rata 4 tahun.
Setidaknya, saya yang sudah lulus S1
dan tentu tidak sampai terancam droup out
ini. Hanya ingin sekedar memberikan saran atau tips kepada Deddy dan mahasiwa
semester akhir lainnya yang sedang mengerjakan skripsi, agar bisa lulus dengan
predikat menyenangkan hati orang tua.
Berikut saran dari saya, agar bisa
segera lulus dari cobaan skripsi.
Niat
Innama’ a’malu binniyat, artinya segala perbuatan itu tergantung pada niat. Seperti
halnya dalam beribadah, tentu sebelum mengerjakan skripsi harus diawali dengan
niat yang tulus dari hati nurani, bukan karena paksaan. Kemudian pertanyaannya
adalah, mengerjakan skripsi itu untuk apa? Nah, ada yang salah kaprah dalam hal
tujuan skripsi. Tujuan mengerjakan skripsi bukan hanya semata-mata untuk
sekedar lulus. Tapi lebih dari itu, skripsi bertujuan untuk membahagiakan
orangtua. Karena apa? Ketika kamu bertujuan untuk membahagiakan orangtua, bukan
hanya lulus kuliah yang akan kamu dapatkan, tapi lebih dari itu. Apa? Uang
jajan? Bukan! selain mendapatkan pahala, membahagiakan orangtua juga membuat
segala sesuatunya menjadi berkah, tentu ilmu yang kamu dapatkan semasa kuliah
akan menjadi berkah.
Berkumpul dengan pejuang skripsi
Ingat dengan salah satu bait lagu
opic yang berjudul obat hati “Yang kelima, . . . berkumpulah dengan orang-orang sholeh”
*sambil nyanyi
Sama halnya dengan mengerjakan
skripsi. Ketika kamu ingin segera menyelesaikan skripsi, tentu kamu juga harus
bergabung atau berkumpul dengan orang-orang yang meski sudah melibas habis, SKS
demi SKS setiap semesternya, namun masih aktif ngampus untuk ke perpustakaan
mencari bahan buat skripsinya. Serta berkumpul dengan pejuang-pejuang skripsi
yang rela blosoran di lantai demi
menunggu dosen untuk konsultasi, setidaknya ada teman yang akan saling
menguatkan ketika di-PHP dosen pembimbing.
Dan jangan berharap bisa segera
menyelesaikan skripsi ketika kamu justru bergaulnya dengan begundal-begundal
kampus yang sering ngeles dengan
kutipan andalan khas penikmat drama injury
time “Bukan lulus tepat pada waktunya, tapi lulus pada pada waktu yang tepat”
Segera punya pacar
Lho apa hubunganya? Karena mempunyai
pacar, itu sama halnya menambah satu pembimbing skripsi. Kalau lazimnya
pembimbing skripsi itu hanya ada dua, yaitu pembimbing satu sebagai pembimbing
utama, kemudian yang satunya lagi adalah pembimbing kedua atau pembimbing
pembantu. Nah, untuk pembimbing ketiga ini adalah pacar. Tentu hal ini hanya
berlaku untuk mereka yang cinlok
dengan teman satu angkatan. Kalau tidak punya pacar satu angkatan? Demi segera
lulus, mending segera nggebet salah
satu teman seangkatan aja deh. Ini dalam rangka agar segera menyelesaikan
skripsi.
Dengan memiliki pacar, itu artinya
akan ada orang yang lebih cerewet daripada pembimbing satu dan dua. Jika
pembimbing satu dan dua kamu lebih hobi corat-coret naskah skripsi kamu. Untuk
pacar sekaligus berperan ganda sebagai pembimbing ketiga itu, dia akan sangat
cerewet ketika kamu tidak kunjung mengerjakan skripsi. Serta menjadi lebih
cerewet lagi ketika pacar kamu dalam masa PMS. Dan pacar, adalah satu-satunya
pembimbing skripsi yang mau rela berkorban demi kamu, terutama dalam proses
penelitian skripsimu.
Kemudian ada jomblo yang nyahut
“Nanti nggak fokus dong skripsinya, terus kalau putus nanti jadi patah hati
terus mogok ngerjain skripsi gimana?” Duh, kaya situ pernah punya pacar terus
patah hati aja. Hehehe
Saya pernah punya kawan, dia adalah
kawan satu angkatan saya. Dia putus dengan pacarnya ketika sedang proses
pengerjaan skripsi, kalau tidak salah dia sedang mengerjakan BAB IV. Ternyata,
patah hati yang ia rasakan justru seperti menjadi bahan bakar untuk lebih
bersemangat lagi dalam mengerjakan skripsi. Alasannya satu, dia hanya ingin
segera lulus dan segera meninggalkan kota yang penuh kenangan itu. Tapi, dia
juga mengalami masa-masa hampir depresi kira-kira satu minggu lah, sebelum
akhirnya ia bangkit lagi.
Meski ada beberapa oknum yang
menjadikan skripsi sebagai alasan untuk putus, seperti “Maaf ya, kita nggak bisa sama-sama lagi, karena aku harus fokus sama
skripsi” dalam menghadapi situasi seperti itu, kamu harus tetap dalam
kondisi waras. Kamu nggak harus sedih
dan menyalahkan skripsi dengan menghapus semua data skripsi dari laptopmu.
Jangan! Itu hanya akan membuatmu jadi lebih gila lagi. Tidak percaya? Silakan
dicoba
Kerjakan
Jangan sekali-kali berhenti
mengerjakan skripsi. Karena sekali saja kamu berhenti mengerjakan skripsi,
efeknya bisa berbulan-bulan. Karena sulit membangun mood untuk mengerjakan skripsi, sama sulitnya bisa move on dari mantan. Jadi sebisa mungkin
kamu harus bisa konsisten mengerjakan skripsi. Dan ingat, menunda mengerjakan
skripsi, itu artinya sama saja anda sedang menunda menikah.
Apapun yang terjadi pada skripsimu,
meski harus melakukan beberapa kali revisi. Kamu harus melakukannya dengan
penuh semangat. Ada kesalahan dalam skripsimu, revisi! Ada kesalahan lagi.
Revisi! Ada kesalahan lagi. Revisi! Begitu seterusnya hingga dosen pembimbing
bosan dengan tampangmu.
Dan perlu kalian ketahui, dosen
pembimbing tidak langsung meng-acc
skripsimu dan lebih terkesan menyulitkan itu sebenarnya sedang mempersiapkan
mahasiswanya agar bisa menjalani kehidupan yang sebenarnya. Karena sebagai
orang yang berpengalaman, dosen tahu betul. Bahwa kehidupan sebenarnya adalah
kehidupan setelah lulus kuliah. Sujud syukur Tuhan memberikan pekerjaan kepada
saya sebelum saya resmi diwisuda. Setidaknya saya tidak menemui cobaan setelah
lulus kuliah. Jadi pengangguran.
Kerjakan lagi
Semua yang sudah saya sarankan
diatas, tentu tidak semuanya benar lho, Ded, namun dengan mengerjakan mulai sekarang
juga, InsyaAllah membuat kamu cepat lulus. Pokoknya, Kerjakan, dan Kerjakan
lagi. Karena lulus dan wisuda itu tidak akan pernah terjadi ketika kamu hanya
punya niat, kumpul-kumpul di angkringan dengan teman seangkatan, kemudian asyik
berpacaran. Kamu harus segera menyelesaikan apa yang telah kamu mulai. Coba
bayangkan betapa bahagianya wajah kedua orangtuamu ketika mengantarmu dan
melihat pakaian kebesaran (besar dalam arti yang sesungguhnya) saat wisuda.
Bahkan orangtuamu akan rela berdandan sejak subuh demi penampilan yang tetap modis. Dan tentu, wisuda tidak akan
terjadi setelah kamu bangun dari tidurmu, bukan? Malah baca tulisan ini hingga kelar. Kerjakan
bro!!!!