![]() |
Teman-teman di balik layar lobimesen.com |
Sekitar jam 07.00 pagi, saya sudah
bersiap untuk pergi ke Solo. Saya tetap bersemangat meski pagi hari itu langit
tampak mendung. Hal yang membuat saya tetap bersemangat pagi itu, tidak lain
karena adanya agenda perdana dari lobimesen.com, yang bertajuk “ngobrol bareng lobimesen dot com”. Acara
tersebut diadakan di kampus psikologi, Mesen.
Mungkin karena terlalu bersemangatnya,
saya sampai di kampus Mesen ketika kampus masih sangat sepi. Hanya ada seorang
petugas keamanan, atau satpam yang
berada di kampus pagi itu. Saya langsung menuju parkiran untuk memarkirkan
motor. Ketika sedang memarkirkan motor itulah, saya menjadi teringat saat saya
masih berstatus mahasiswa. Datang ke kampus pagi-pagi agar bisa sarapan dulu di
kantin milik Bu No. Di kantin milik Bu No harga masih sangat terjangkau,
apalagi nasinya ambil sendiri. Sangat cocok bagi kami anak kosan, karena kami
bisa makan sampai kenyang dengan harga yang relatif murah.
Saya kemudian ke meja kampeda dan
duduk di sana. Di meja kampeda itulah saya dan Johan membicarakan tentang blog
bersama, yang merupakan cikal bakal lobimesen.com. Sambil bermain handphone, saya membaca artikel terbaru
di sebuah situsweb langganan saya. Kemudian sesekali melihat situasi terkini di
grup wasap lobimesen, untuk
memastikan kawan-kawan sudah akan merapat ke kampus mesen, untuk menyusul saya
yang sudah dari jam 8 di sana.
Johan menelpon, dan meminta saya
untuk menjemputnya di sebuah minimarket yang terletak di dekat pasar yang tidak
jauh dari Mesen. Dengan segera saya menuju ke minimarket yang dimaksud Johan
untuk menjemputnya. Saya tidak tahu kenapa johan lebih memilih menitipkan
motornya di terminal, kemudian menggunakan moda transportasi umum, yaitu Bus,
untuk pergi ke solo pagi itu. Bisa jadi, ini adalah sebuah kritik dari seorang
Johan yang sudah mulai muak dengan padatnya lalulintas karena banyaknya
pengendara motor. Tapi ini hanya sebatas asumsi pribadi saya saja.
Sambil menunggu teman-teman yang
lain. Saya dan johan ngobrol-ngobrol, serta mulai napak tilas di meja kampeda.
Sekitar tiga tahun yang lalu, kami berdua mulai membicarakan sebuah blog
bersama di meja itu. Semua masih nampak sama seperti tiga tahun yang lalu.
Sandi dan Mas wildan yang baru datang,
segera bergabung dengan saya dan Johan di meja kampeda. Tak lama kemudian, ada
juga Adik kelas yang dulu pertama kali saya kenal, ia adalah mahasiswa yang
sangat pemalu. Namun, sekarang nampak jauh lebih percaya diri. Bisa jadi,
berkumpul dengan begundal-begundal
kampus yang tergabung dalam sindikat Mesen Night Community telah membuatnya
berubah lebih percaya diri.
Widya Gunawan atau yang lebih sering
disapa Kadek, yang merupakan kontributor baru lobimesen.com. Tidak lama setelah
ia memberikan kabar bahwa dirinya sudah sampai di stasiun, juga sudah datang, dan turut bergabung di meja
kampeda. Ternyata ia kini menetap di Jogja dan sesekali masih main ke Solo. Ia
sedang mempersiapkan diri dan kursus bahasa inggris untuk melanjutkan S2 nya ke
luar negeri, yaitu Australia. Dan di sela-sela kesibukan itu lah, ia meluangkan
waktu untuk membuka kembali tulisan-tulisan lamanya yang belum selesai.
Kemudian ia rampungkan, untuk bisa di posting di blog bersama ini;
lobimesen.com.
Mba kiki nampak baru datang. Dan
setelah memarkirkan motornya, ia langsung menuju ke arah kami. Sebagai seorang
yang menjunjung tinggi tata krama, tentu saya langsung bergeser tempat duduk
kemudian mempersilakan Mba kiki duduk di tempat duduk saya sebelumnya.
Bagaimana pun juga Mba kiki telah menyelesaikan thesisnya. Jadi bisa dibilang maqomnya jauh lebih tinggi dari kami, yang baru bisa menyelesaikan skripsi. Itupun dengan drama yang lebih menguras emosi daripada menonton "drama" sidang Jessica.
Deddy mengirim pesan wasap kepada
saya, bahwa ia tidak bisa hadir karena sedang tidak enak badan. Saya kemudian
membalas pesannya, agar ia beristirahat saja. Karena, bagaimana pun juga, tubuh
juga punya hak untuk diistirahatkan.
Sambil menunggu Mba Diah, kami semua
saling bertukar informasi. Saling bertanya tentang kabar, kegiatan apa yang kami
lakukan sekarang, serta menyinggung system rekruitmen yang pernah diikuti oleh
salah satu dari teman kami. Dan tentu semua yang kami obrolkan, dikemas dalam
sebuah guyonan dan diselingi dengan gelak tawa. Dan kami semua tertawa lepas seolah
tanpa beban. Dan di saat seperti itulah saya lupa punya cicilan.
***
Waktu sudah menunjukan hampir pukul
10.00, saya pun mulai mengajak teman-teman untuk menuju ke lobi kampus.
Membersihkan meja serta tempat duduk yang akan kami gunakan. Kemudian mempersiapkan
segala hal yang kami perlukan, yaitu: minuman dan cemilan. Untuk menciptakan
suasana kemripik, saya sengaja
membawa kripik singkong, makaroni dan pangsit.
Sebelum kami benar-benar memulai, Mba
Diah datang. Kami menunggu Mba Diah terlebih dahulu, sebelum saya mulai membuka
acara ”ngobrol bareng lobimesen [dot] com”. Yang datang pagi itu, bisa
dikatakan hanya dari teman-teman kontributor. Padahal acara itu bukan hanya
untuk internal lobimesen.com. Bahkan saya berharap ada mahasiswa aktif yang
turut hadir di agenda lobimesen pagi itu.
Saya menyadari bahwa agenda ngobrol
bareng lobimesen pagi itu, adalah agenda perdana yang kami dan teman-teman
kontributor adakan. Jadi, saya tidak berekspektasi muluk-muluk. Karena bisa dibilang saya hanya ingin mengetahui
antusias dari teman-teman kontributor. Dan ketika acara ngobrol bareng itu
berlangsung, saya baru merasakan. Bahwa antusias mereka semua. Warbiyasa!
Saya kemudian mulai membuka acara
ngobrol bareng, dengan mulai bercerita sedikit hal tentang awal mula lobimesen.com
berdiri hingga sampai sekarang. Sebagai salah satu orang yang menginisiasi
lahirnya blog bersama ini, Johan pun juga memberikan sedikit gambaran tentang
lobimesen.com. Dan kami tidak munafik, bahwa lobimesen ada, karena nyontek dari blog bersama yang sudah ada,
bahkan sudah sangat terkenal.
Agenda ngobrol bareng pun dilanjutkan
dengan sharing pengalaman dari
masing-masing kontributor. Saya pun mempersilakan kepada Mas wildan untuk
memulai sesi ini. Mas Wildan pun memulai bercerita tentang bagaimana awal mulainya
ia suka menulis. Kemudian membuat blog untuk menampung tulisan-tulisannya.
Serta keterlibatannya dalam sebuah komunitas atau forum penulis.
Mas wildan sempat juga menulis
catatan serial yang ia posting di catatan fesbuknya. Kemudian ia juga
menceritakan bagaimana mulai tertarik dengan lobimesen. Dan menjadi penulis
paling produktif di blog bersama ini. Bahkan, Johan langsung memberi sebuah pulpen kepada Mas Wildan sebagai wujud
terima kasih, karena telah memberi warna lain di blog bersama ini. Mas wildan
juga merasa, bahwa adanya lobimesen telah mampu membuatnya seperti menemukan rumah
baru yang bisa menerima, dan membuatnya merasa lebih nyaman.
Mba kiki yang sebentar lagi menjadi
dosen pun, juga saya beri kesempatan untuk berbicara mengenai bagaimana ia
mulai mengenal lobimesen hingga tertarik menjadi bagian dari blog bersama ini.
Mba kiki bercerita bagaimana ia yang awalnya suka menulis di majalah-majalah,
dan lebih sering menulis dengan menggunakan gaya kepenulisan populer. Kemudian
karena tuntutan akademis ia mulai beralih menjadi penulis ilmiah. Dan ternyata,
disinilah awal mulanya ia mulai tertarik dengan lobimesen.com
Menurut Mba Kiki, ketika ia membaca
tulisan-tulisan lobimesen.com yang kebanyakan adalah tulisan-tulisan gaya
populer. Ia langsung merasa terpanggil, bahwa dulu ia juga sering menulis
seperti itu. Dan menjadi masalah ketika tuntutan akademik yang membuatnya harus
menulis ilmiah. Sekarang ia merasa kesulitan untuk menulis dengan gaya-gaya
popluer. Bagi Mba kiki, lobimesen lah tempat yang tepat ia mulai belajar
menulis populer, meski terkadang gaya kepenulisan ilmiah masih begitu terasa
dalam tulisannya.
Setelah Mba kiki selesai bercerita
banyak hal, dan secara jujur menyukai tulisan-tulisan saya di lobimesen.com
ini. Sandy juga bercerita
tentang pengalaman menulisnya. Sandy lebih tertutup dalam menulis. Ia lebih
memilih untuk memposting tulisannya namun tidak untuk dikonsumsi publik. Bagi
sandy, ada tulisan yang cukup ia saja yang membacanya. Namun, pada akhirnya
sandy juga ikut bergabung di lobimesen.com. Saya masih ingat tulisannya yang
terinspirasi dari potongan adegan percakapan dalam sebuah film. Bagi Sandy,
ketika ia menyukai sebuah film, ia tidak akan bosan meski sudah menonton
berulang kali. Dan film yang menjadi kesukaannya itulah yang menginspirasinya
untuk menulis dan mempostingnya di blog bersama ini.
Seperti halnya dalam sebuah sesi
diskusi. Terkadang mendadak pembahasan mulai melebar. Dan tidak tahu kenapa
pembahasan bisa sampai curahan hati kami semua saat menulis skripsi. Saya pun
turut menyampaikan bagaimana sulitnya menulis secara ilmiah. Saya yang terbiasa
menulis di blog pribadi dengan gaya penulisan bebas, atau bahasa kerennya freewriting. Menulis ilmiah harus
berangkat dari sebuah teori. Artinya apa yang kita tulis bukan hanya sekedar
asumsi kita, namun harus berlandaskan teori. Dan saya mengalami kesulitan dalam
hal itu.
Mba diah yang dari tadi nampak hanya
menyimak saja, kemudian mulai berbicara tentang bagaimana skripsi telah
membuatnya hampir frustrasi. Bahkan ia dengan sadar “selingkuh” dari skripsi
dan lebih memilih menyelesaikan project pribadinya, membuat novel dengan genre fantasy.
Mba diah juga sedikit bercerita
tentang bagaimana awal mulanya ia mulai menulis. Sejak kecil Mba diah sudah
suka menulis. Aktif di majalah sekolah, bahkan menjadi pemimpin redaksinya.
Selain itu, Mba Diah juga memiliki blog pribadi, meski pada akhirnya sempat
lama tak dihidupi dengan tulisan-tulisannya. Hampir sama dengan Mas Wildan, Mba
Diah juga pernah terlibat dalam sebuah forum atau komunitas kepenulisan.
Saat ini Mba Diah bekerja sebagai editor di salah satu penerbit di Solo, dan ia juga baru menerbitkan buku ensiklopedia
tentang permainan tradisional.
Mba Diah ternyata juga pernah
mengalami fase dimana ia sudah hampir putus asa ketika prosses skripsi. Sebuah fase
yang pernah juga saya alami ketika proses pengerjaan skrisi. Bahkan ia merasa
sudah depresi dan menyerah dengan keadaan. Namun, ia bisa melalui masa-masa
itu, hingga ia mampu menyelesaikan skripsinya, meski ia harus ganti judul dan
pembimbing.
“Saya merasa ketika saya masih sering
menulis, semua berjalan begitu saja dan nampak baik-baik saja. Dan ketika saya
mengalami fase buruk dalam hidup ini, yaitu ketika proses skripsi. Saya baru
menyadari bahwa selama itu pula saya tidak pernah menulis lagi. Jadi, menulis
setidaknya bisa sedikit mengurai segala beban” begitulah kira-kira kata Mba
Diah untuk mengakhiri sesinya.
Saya juga memberikan kesempatan
kepada kontributor baru lobimesen.com, yaitu Widya Gunawan, atau yang kerap disapa
Kadek, untuk berbagi pengalaman. Kadek pun bercerita, bahwa dirinya sangat suka
menulis puisi. Kemudian mulai belajar menulis cerpen, meski terkadang ia
mengalami yang namanya writer's block.
Kami pun baru mengetahui, bahwa perkenalan dengan lobimesen, karena ajakan dari
Mas wildan. Sebelum Kadek akhirnya memutuskan untuk mengirim tulisan di
lobimesen.com. Ia mengaku bahwa ia banyak belajar dari Mas wildan ketika
berusaha menyelesaikan cerpen-cerpennya yang belum sempat terselesaikan. Dan
sepertinya kami berhutang kepada Mas Wildan, karena setidaknya, kadek bisa
menyelesaikan 3 cerpennya yang kini sudah di posting di lobimesen.
***
Banyak hal yang kami dapatkan dari
agenda lobimesen “ngobrol bareng lobimesen [dot] com” dan tibalah pada saat
dimana tulisan-tulisan kami dinilai oleh seorang editor. Secara pribadi, saya
mengakui saja, bahwa tulisan saya masih banyak typo sana-sini. Di samping dosa-dosa lain yang mungkin tidak saya
sadari. Namun Mba Diah sangat baik hati dan tidak menghakimi kami satu persatu.
Mba Diah hanya memberikan penilaian secara general tetang tulisan-tulisan dari
kontributor lobimesen. Menurut mba diah, secara umum tulisan-tulisan dari
kontributor masih banyak yang tidak to
the poin. Karena banyak tulisan yang menggunakan intro yang terlalu
panjang. Hal itu dikhawatirkan hanya akan membuat pembaca menjadi bosan. Selain
itu, kalimat yang terlalu panjang, padahal kalimat tersebut bisa dipecah lagi menjadi
tiga kalimat.
Meski nampak sederhana, saya tahu
betul. Sebagai seorang editor, tentu Mba diah akan merasa gatel untuk mengkoreksi setiap kesalahan dari tulisan masing-masing
kontributor. Seperti halnya seorang dosen pembimbing yang sedang mengoreksi
skripsi milik anak bimbingannya. Hawane mung
pengen corat-coret.
Mba diah mengakiri sesi sharing-nya dengan sebuah pernyataan
tentang lobimesen.com “Bagi saya, adanya
lobimesen.com ini adalah semacam mercusuarnya psikologi UNS. Karena
lobimesen.com bukan hanya bisa diakses oleh orang-orang internal psikologi. Semua
orang bisa mengakses ini. Harapan saya lobimesen.com bisa menjadi penghubung
dengan dunia luar. Tinggal bagaimana kita membuat konten dalam blog bersama ini
agar bisa dinikmati, bukan hanya untuk orang-orang internal psikologi”
Hadirnya Mba ulum ketika acara ngobrol
bareng sedang berlangsung, setidaknya bisa mewakili dari pembaca lobimesen.com.
Mba ulum juga bercerita bagaimana ia mulai mengenal lobimesen.com dan mulai
membaca postingan-postingan di blog bersama ini. Dan saya pun tidak ragu untuk
menawarinya agar ikut bergabung menjadi kontributor lobimesen.com.
***
Acara ngobrol bareng bisa dikatakan
berjalan dengan lancar. Mulai dari sedikit bercerita tentang awal mula
lobimesen.com, kemudian sharing dari
masing-masing kontributor. Serta banyak hal yang kami bicarakan untuk meraba
bagaimana lobimesen.com kedepannya. Banyak perbaikan-perbaikan yang harus kami
lakukan. Selain itu, tidak dipungkiri kami sangat membutuhkan sentuhan dari
kontributor baru agar bisa memberikan warna lain di lobimesen.com
Jadi, bagi kalian-kalian yang merasa suka
menulis dan memiliki banyak waktu selo.
Mari gabung sama kita.