Pada segmen ini, lobimesen.com akan
menampilkan hasil sharing-sharing dan wawancara tim dengan #orangkeren
dari Psikologi UNS. Kesempatan awal ini, tim lobimesen.com menemukan salah satu
#orangkeren dari angkatan 2005. Kenapa disebut #orangkeren ? Yang jelas karena telah
banyak karya yang dibuatnya selama ini. Dia adalah Diah “Cmut” Rahmawati, seorang penulis, cerpenis,
boardgamer, pendongeng dll. Wanita kelahiran Karanganyar ini juga aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Banyak pelajaran dan
inspirasi yang patut ditiru dan dijadikan teladan untuk kawan-kawan pembaca
lobimesen.com semuanya. Kerenlah pokoknya..
Anda telah menerbitkan buku dan
beberapa karya. Karya mana yang menjadi karya paling berkesan sampai saat ini menurut Mbak Diah?
Mengapa?
Semua karya membuat saya berkesan. Karena setiap
karya mempunyai cerita perjuangan masing-masing. Tapi jika ditanya karya apa
yang membuat saya menjadi berubah? First novel “Permen-permen Kastil Lolli”
adalah titik balik saya, sekaligus salah satu wujud aktualisasi diri yang luar
biasa.
Kapan biasanya Mbak Diah menulis?
Saya bukan tipe penulis dengan jadwal menulis yang ketat.
Biasanya penulis banyak yang memilih waktu tengah malam dan menyendiri. Ya,
saya sempat menggunakan malam-malam saya untuk menulis. Tepatnya ketika
penulisan novel. Tapi saya menulis kapan saja, ketika ada ide muncul seketika
itu saya berusaha menulis.
Oya, kalau waktu favorit untuk menulis adalah saat
sore hari menjelang senja. Suasananya syahdu. Pikiran juga ikutan syahdu. Ide-ide
bermunculan dan gaya menulis lebih terasah.
Dimana Mbak Diah sering menulis?
Bagaimana suasana ruang kerja Mbak Diah?
Saya menulis di mana saja. Kadang nyolong waktu
kerja. Hehe… jangan ditiru ya. Ide itu muncul kapan saja di mana saja, bahkan
saat kerja sekalipun. Begitu pula saat di rumah, saya suka menulis di sofa
perpustakaan, di taman belakang rumah, atau lebih sering di kasur.
Saat ini saya punya teman-teman penulis yang sedang
giat belajar menulis. Mereka sering mengajak nulis bareng di café, di
angkringan depan toko buku, atau sambil menikmati alam misalnya di pantai
(sampai bikin acara namanya Beachwriting). Sebetulnya itu untuk membangkitkan
mood dan ide baru saja sih. Tapi selebihnya, kehadiran orang lain yang
sama-sama punya minat yang sama akan lebih membantu meningkatkan semangat menulis.
Suasana ruang kerja? Hmmm… berantakan. Harus ada
tumpukan buku dan kertas hvs untuk corat-coret, cemilan, air minum, dan bantal
duduk.
Hal apa saja yang membantu Mbak Diah saat proses menulis?
Saya tidak akan bisa menulis tanpa kehadiran
blocknote dan pensil mekanik saya, selain pensil mekanik, saya suka memakai
bolpen berwarna hijau. Entah kenapa, tapi warna hijau membuat saya lebih banyak
mencorat-coret. Kalau langsung mengetik, saya harus sedia laptop dengan baterai
penuh karena saya suka berpindah-pindah saat menulis.
Selain alat-alat teknis, kehadiran buku referensi
sangat penting bagi saya. Tak jarang saat menulis, saya mengalami kebuntuan. Di
situlah kehadiran buku membuka pikiran. Apalagi menulis non-fiksi, harus ada
buku referensi yang relevan. Jika sedang menulis cerita fiksi, saya harus
membaca buku cerita sebelum menulis. Kebanyakan buku anak-anak fantasi, magic,
atau science fiction. Internet juga tak bisa lepas. Tapi bukan medsos lo ya.
Oh ya, tak lupa, cemilan serta minuman. Itu paling
penting sebagai penghalau ngantuk. haha
Apa saja yang menjadi inspirasi
Mbak Diah dalam menulis?
Jika berbicara mengenai inspirasi, sangat luas ya
jawabannya. Inspirasi menulis saya berasal dari mana saja. Seperti saat ini,
saya mengetik sambil memandang jendela
yang berpapasan langsung dengan rimbunan bambu. Saya merasa ingin
menulis tentang sepasang burung yang damai dalam naungan pohon bambu. Hehe…
bercanda… itu ide menulis. Inspirasi menulis hadir dari panggilan hati untuk
menuliskan kode-kode alam dalam bentuk puisi, atau cerpen. Selebihnya adalah
perasaan, yah kalau bahasa kekiniannya “Baper”. Penulis harus baper dengan
segala kondisi. Itu menurut saya.
Saya suka jalan-jalan. Nah, hasil dari perjalanan
itu saya tuliskan dalam sebuah tulisan pendek, entah itu puisi, sekedar caption
pada foto yang saya upload di instagram. Terkadang saya menyengaja jalan-jalan
untuk riset sebagai bahan tulisan. Misalnya saat saya menulis lanjutan FN saya
tentang permen kapas. Saya berkeliling pasar malam, alun-alun, dan menjumpai
pedagangnya. Ngobrol dengan mereka tentang pembuatan permen itu. Kemudian memakannya
sambil membayangkan sesuatu. Ya berimajinasi. Kemudian jadilah permen awan.
Sayangnya, naskah tersebut ditolak dan sekarang tersimpan rapi di laptop. Hehe
Inspirasi terbesar adalah karya orang lain. Bukan
untuk ditiru, dijiplak atau diplagiat, tetapi sebagai pelecut: “Dia bisa lo
nulis buku kayak gitu, masak aku ga bisa?”, “Kapan kamu punya karya yang lebih
bagus dari dia?”, “Kapan kamu bisa launching buku pribadi di toko buku besar
seperti penulis itu?” dll. Kalimat-kalimat tersebut cukup membuat “amarah”
berkobar dan segera membakar semangat untuk menulis.
Menulis adalah kegiatan yang
memerlukan banyak energi, apa energi terbesar yang mampu menguatkan Mbak Diah dalam
berkarya?
Aktualisasi diri. Membuat monument pribadi agar
diingat orang lain.
Apakah ada momen-momen khusus
dimana Mbak Diah tiba-tiba merasa "Saya harus menuliskannya"? Momen
seperti apa itu?
Semua momen layak untuk dituliskan. Tapi belum tentu
layak dibagikan. Tidak ada momen khusus sebenarnya. Tapi saya lebih banyak
menulis ketika sedang sedih, banyak pikiran, galau, dan bingung. Tak jarang
juga saya menulis saat marah. Tentu saja itu tak pernah saya bagikan ke orang
lain.
Kemarahan hanya butuh pelampiasan, salah satunya dengan menuliskannya.
Apakah Mbak DIah memiliki
kebiasaan khusus dalam proses menulis?
Emmm… tidak ada ritual khusus. Cukup memancing ide
dengan jalan-jalan, membaca, menonton short movie. Kegiatan memancing ide itu
harus berjarak dari proses menulis. Maksudnya, setelah jalan-jalan atau
membaca, ambil waktu sedikit untuk istirahat. Merenung lebih baik. Akan muncul
ide-ide baru yang lebih cetar. Kadang malah baru keesokan harinya saya
menemukan ide baru.
Deskripsikan bagaimana proses
Mbak Diah menulis? dengan coretan dulu atau membiarkannya mengalir?
Tergantung bentuk tulisannya. Jika itu cerita fiksi,
saya harus membuat storyboard. Tidak bisa langsung menulis. Begitu pula dengan
penulisan artikel, saya harus membuat kerangka dan mencari bahan. Berbeda
halnya saat menulis puisi dan fiksi mini. Cukup menghadap layar dan menyentuh
keyboard. Dan saya lebih suka seperti itu. Menulis bebas. Walaupun pendek, tapi
cukup melegakan lo. Ide yang tak kunjung dituliskan, rasanya seperti kentut
yang tidak bisa keluar. Kembung. Cara paling mudah ya dikeluarkan spontan.
Jadilah puisi, flashfiction atau fiksi mini.
Bagaimana Mbak Diah menuliskan
paragraf pertama, bab pertama, halaman pertama untuk membuat buku tersebut
menarik untuk dibaca?
Pembuka tulisan merupakan kesan pertama yang diterima pembaca.
Jadi, harus yang menggigit. Karena novel saya adalah untuk anak-anak, paragraph
pertama langsung saya gambarkan suasana riuh para kurcaci yang sedang
mengangkut permen.
Beda halnya saat saya menulis flashfiction dewasa. Sesuatu yang
membuat penasaran adalah pembuka tulisan yang berhasil, itu menurut saya. Bisa
diawali dengan suara gelas pecah, atau teriakan minta tolong, dll.
Ada cerita apa di balik
penerbitan buku Mbak Diah pertama kali?
Cerita apa ya? Ah iya. Betapa seorang penulis itu membutuhkan
teman yang sanggup mendukung, mengoreksi, dan saling memotivasi. Kenapa? Karena
menulis butuh mood, dan dari teman-teman tersebut mood kembali bergolak.
Saat saya menulis novel Permen Kastil Lolli, draft pertama saya
‘dicaci’ oleh teman sekaligus guru saya. Terlalu mainstream, katanya. Kurang
greget. Hmm, saya putus asa waktu itu. Karena dia menyarankan untuk mengubah
keseluruhan cerita (termasuk ganti ide).
Tapi sahabat saya, Trio Persun, meyakinkan saya untuk terus maju
dengan keyakinan. Saya tidak mengubah ide ataupun tema. Hanya mengubah dan
menambah jalan cerita agar lebih seru.
Oiya, Trio Persun adalah inspirasi saya menciptakan tokoh Peri
Lulu dan juga Kastil Lolli. Persun adalah akronim dari Permen sunduk, karena
kami bertiga penggemar permen lollipop. Hehe… dan selama penulisan novel
tersebut, di meja saya harus tersedia lollipop, entah gulali serak yang dijual
di jalanan atau permen bermerk yang beli di toko.
Adakah cerita lucu yang
berhubungan dengan kegiatan kepenulisan Mbak Diah? bedah buku, workshop atau
lainnya?
Adaaa… jadi, saya pernah diundang untuk mengisi Talkshow
kepenulisan cerita anak. Saya datang sebelum acara dimulai. Duduk di bangku
penonton bersama rekan-rekan komunitas. Kemudian menjelang acara berlangsung,
salah seorang crew EO terlihat kebingungan. Dia mencari narasumber yang akan
naik ke panggung. Sampai akhirnya mendekati kami dan menanyakan, “Mbak,
narasumbernya sudah datang apa belum ya? Nanti didampingi siapa pas di depan?”
Seorang teman menunjuk muka saya, “La ini orangnya, mas.”
Mas crew EO salah tingkah dan berkata, “Oh, mbaknya ini to? Saya
kira masih anak-anak karena novelnya anak-anak banget. Maaf, Mbak!”
Mbak Diah dikenal sebagai penulis
"cerita anak". Mengapa dan bagaimana menurut Mbak Diah sendiri?
Bangga dan beban. Bangga karena saya bisa membuktikan kemampuan
saya dalam cerita anak. Kenapa cerita anak? Karena Imajinasi anak itu luar
biasa. Jika boleh menilik ke masa lalu, saya ingin merasakan kembali masa
kanak-kanak.
Menjadi penulis cerita anak itu juga gelar yang membebani saya.
Menulis cerita anak itu lebih sulit daripada menulis tulisan galau. Tulisan
untuk anak itu tak bisa sembarangan, harus mengandung unsur pendidikan tanpa
menggurui. Harus menanamkan moral yang baik tanpa disadari. Bercerita melalui
tulisan dengan bahasa anak-anak itu jaauuhh lebih susah disbanding menulis
absurd tentang kisah roman dan patah hati. Selain itu, Gelar penulis itu harus
dibuktikan dengan produktivitas karya yang kita lahirkan. Penulis tanpa bukti
karya? Mana ada orang yang percaya.
Menurut Mbak Diah, tulisan Mbak Diah itu
sebenarnya seperti apa?
Tulisan saya itu tidak bergenre sebenarnya. Saya suka menulis apa
saja. Entah itu puisi, cerita anak, flashfiction, maupun fiksi mini. Tergantung
mood. Ya, saya penulis moody. Tapi saya sering kesulitan menulis artikel. Ini
jujur.
Bagaimanakah cara menikmati
karya Mbak Diah?
Pertanyaan ambigu nih. Hehe…
Menikmati sebuah karya adalah dengan menemukan maksud dari pembuatnya. Caranya? Ya dengan membaca, merasakan, mengimajinasikan, dan mengapresiasinya.
Selama ini Mbak Diah menulis cerpen
dan novel. Adakah rencana untuk menulis di bidang lain? Bidang apa? Mengapa?
Menulis di bidang lain tentu saja. Menulis tidak
melulu berbentuk buku, artikel blog, atau kumpulan tulisan. Tapi menulis bisa
mencakup apa saja. Tinggal keterbukaan kita terhadap kesempatan kolaborasi
dengan talent-talent lain yang luar biasa keren. Board game, dunia baru yang
sangat seru. 2 tahun ini saya berkutat dengan dunia game. Bermain board game
tak hanya mengasah strategi bermain tetapi juga ide kreatif. Karena tiap board
game mempunyai cerita dan kisah yang berbeda. Ketika main, seakan-akan saya
sedang membaca dongeng. Saya menikmati menjadi pemain, juga menikmati sebagai
script writer dan desainer board game. Menjadi desainer board game merupakan kolaborasi
antara desainer grafis, illustrator, scriptwriter, bahkan gamer. Seru kan?
Oya, ada hal baru yang saya pelajari. Handlettering.
Hal ini karena tantangan dari salah satu penerbit untuk membuat buku bertema
handwriting dan watercolor (tidak ada huruf cetak). Mau tidak mau saya harus
belajar keduanya. Mohon doanya semoga buku kolaborasi saya dengan seorang
illustrator dapat segera diselesaikan.
Menulis adalah pekerjaan ilmiah
karena didasarkan pada ilmu. Buku apa saja yang Mbak Diah baca selama ini?
Saya kurang setuju dengan pernyataan itu. Kenapa? Menulis itu tak
harus sesuai dengan teori menulis. Ilmu menulis tak bisa semata dipelajari
lewat teori.
Menulis itu masalah rasa, tertuang dari kedalaman pikir, dan menerjemahkan dalam kata. Menulis itu masalah kebiasaan, yang akan tumpul jika tak diasah. Menulis itu sedikit bakat tapi sarat kemauan.
Oke, untuk buku, saya suka membaca apa pun yang menurut saya
bagus. Tapi tergantung mood juga sih. Saya suka membaca buku tentang dunia
kreatif, novel-novel fantasi, cerita anak, komik (saya penggemar webtoon. Hehe).
Yah, semuanya tergantung situasi. Terutama saat sedang mengerjakan sesuatu dan
membutuhkan amunisi untuk menyelesaikannya, saya memilih buku untuk memberikan
inspirasi.
Tolong rekomendasikan tiga buku
kepada pembaca lobimesen.com , selain buku Mbak sendiri dan mengapa merekomendasikannya?
Wah, agak sulit untuk memilih buku yang recommended. Karena saya
berpendapat setiap buku memiliki keistimewaan masing-masing, punya daya tarik
tersendiri, dan punya sisi manfaatnya sendiri.
Oke, saya merekomendasikan “Little Prince” karya Antoine de Saint exupery.
Sebuah novel klasik tentang kisah seorang yang tersesat dan bertemu pangeran
kecil yang mengajarkan tentang kehidupan. Novel ini sangat hebat. Ketika Anda
membacanya sebagai orang dewasa, Anda tidak akan mudah memahami apa maksud dari
cerita-cerita di dalamnya. Menjadilah anak-anak, atau berpikirlah seperti
pikiran anak-anak yang polos, bebas, dan penasaran. Novel ini membuat otak kita
kembali ke pikiran sederhana.
Buku lain, apa ya? Saya sedang menyukai buku-bukunya Keri Smith: Wreck
this journal, The Imaginary World of …, This is not a book dll. Bukan buku
bacaan, tapi buku aktivitas yang gokil.
Jika Mbak Diah bisa berdialog dengan
buku Mbak Diah sendiri, apa yang ingin Mbak sampaikan?
Saya hanya bisa bilang, “Terima kasih, dan ajak aku berpetualang ke tempat yang belum pernah aku lihat sebelumnya.”
Apakah Mbak Diah mempunyai harapan
atau capaian harian yang ingin dikejar setiap harinya?
Tidak ada sih. Hanya saja, setiap ada project, saya berusaha
menyelesaikannya dalam tenggat waktu yang saya tentukan sendiri.
Apa project Mbak Diah berikutnya?
Saya senang berkutat sebagai desainer board game. Jangan salah ya,
di sini saya juga menulis. Karena board game tak bisa lepas dari peran penulis.
Sebagai pemain board game pun saya memposisikan diri sebagai anak yang haus
dongeng. Setiap board game ada ceritanya masing-masing. Bahkan ada board game
yang isinya mengajak pemain mengarang ceritanya sendiri. Seperti yang saya sebutkan di atas, saya sedang menyelesaikan
tantangan dari penerbit berupa buku bertema handwriting & watercolor.
Tunggu terbitnya awal tahun depan ya.
Dimana Mbak Diah tumbuh?
Saya tumbuh di keluarga yang konservatif demokratif. Bapak
pensiunan PNS, mantan sekretaris desa. Ibu adalahs eorang guru SD. Kami tinggal
di kampung yang cukup ramai. Suasana pedesaan yang masih sangat kental, terpadu
dengan industri yang mulai menggerus perkampungan.
Apa yang membuat Mbak Diah bersedih
dan menangis?
Saya paling tidak tahan jika kehilangan seseorang. Hilang dalam
arti meninggal atau pergi jauh dari kehidupan saya.
Apa yang membuat Mbak Diah bahagia
dan tertawa?
Bercanda bersama keluarga atau teman dekat. Saya suka berkumpul
dengan teman yang mempunyai hobi yang sama kemudian tertawa bersama. Teman yang tanpa topeng pastinya.
Menurut Mbak Diah, bagaimana peran ilmu psikologi dalam
aktifitas yang Mbak lakukan?
Ilmu Psikologi sangat berperan
dalam penulisan cerita anak. Apalagi untuk menentukan cerita yang berbobot sesuai usia. Diksinya pun beda. Apalagi kalo dituntut
mengandung living values tertentu