September,
26th 2016. Menjadi checkpoint
pertama penerapan sistem baru tentang kelulusan yang disosialisasikan satu
bulan sebelumnya di Psikologi UNS. Sekaligus menjadi orang pertama juga yang
merasakan efek sistem tersebut, target yang sudah ditetapkan pada checkpoint selanjutnya gagal dicapai.
Alhasil, layaknya sebuah games,
pemain harus memulainya dari checkpoint
sebelumnya untuk melanjutkan games
hingga selesai.
Bagaimana
maksudnya? Penjelasan berikut mungkin akan sedikit membantu memahami intro di
atas.
Agustus,
26th 2016. Permainan baru dimulai. Permainan ini berjudul “Berpacu~
dalam Sekripsi” coba diulang “Berpacu~ dalam Sekripsi,” (kalo bacanya pake nada
harusnya kamu udah nikah sekarang :D). Lupakan. Peraturan permainan ini
sederhana, apabila anda sudah memulai, secepat mungkin harus diselesaikan,
karena apa? Ini diibaratkan anda sedang ada dalam misi penjinakan bom waktu
yang anda rakit sendiri. Bom tersebut sudah terpasang pada tubuh anda.
Penjinaknya berada di sebuah tempat yang anda harus temukan dengan petunjuk-petunjuk
yang sudah diberikan. Waktu yang diberikan relatif singkat, dan akan mulai
menghitung mundur ketika anda sudah memulai langkah pertama. Terdapat beberapa checkpoint sebelum sampai ke tujuan
akhir.
Berikut
alur cerita permainannya:
Permainan
dimulai ketika anda sudah melangkah untuk pertama kalinya (Pengajuan Judul).
Anda diberi waktu dua bulan untuk sampai ke checkpoint
yang pertama (Ujian Validasi), dan mengamankan posisi di checkpoint tersebut. Setelah sampai di checkpoint pertama, anda diberi waktu lagi selama satu bulan untuk
sampai di checkpoint yang kedua
(Pengesahan Revisi Validasi), setelah mendapat persetujuan dari keempat founder game, anda diizinkan untuk
melanjutkan perjalanan menuju checkpoint
terakhir (Sidang Skripsi), dalam perjalanan ini anda diberi waktu relatif lebih
lama dibandingkan dengan waktu perjalanan menuju checkpoint sebelumnya, mengingat medan dan tingkat kesulitan game berada pada level tertinggi, yaitu
selama tiga bulan, anda boleh mengajukan dispensasi waktu dengan alasan yang
dapat anda pertanggungjawabkan dengan persetujuan dari keempat founder game untuk menambah waktu anda pada
perjalanan menuju checkpoint manapun,
apabila anda gagal menuju checkpoint
yang sudah ditargetkan, bom akan meledak dan anda harus mengulang permainan
dari checkpoint sebelumnya, apabila
anda sudah mencapai checkpoint yang
terakhir, bom sudah dijinakkan dan anda sudah tidak berpacu dengan waktu lagi
untuk menuju ke tujuan akhir (revisi sidang dan wisuda).
Judul – dua bulan – validasi – satu bulan – revisi validasi – tiga bulan – sidang – revisi sidang – wisuda
Dalam
kasus yang dialami oleh pemain pada intro di atas, dia gagal dalam mencapai
target waktu pada checkpoint yang
kedua, meskipun hanya satu hari, karena peledakan bom waktu tidak dapat
ditunda, akhirnya dia meledak, dan harus me-restart
permainannya dari checkpoint
sebelumnya, yaitu checkpoint pertama
(Ujian Validasi).
* * *
![]() |
Deklarasi Cawalkot dan Cawawalkot Kota Solo, wkwkw |
Tempo
hari bertepatan sekali dengan kunjungan salah satu bapak dosen yang pernah
mendapatkan predikat terfavorit pada pemilihan penghargaan paling bergengsi
se-Mesen Raya, yaitu Psycho Award.
Mengingat jadwal beliau yang begitu padat produktif sehingga besoknya sudah
harus kembali terbang menuju Selandia Baru tempat beliau insyaAllah mendapatkan
gelar S3-nya, setelah ada agenda di Jakarta, Bali, Jogja, dan mampir ke Solo
hari itu. Adalah pak Prof. (going to be) Moh. Abdul Hakim, S.Psi, M.A., atau
yang akrab disapa pak Hakim.
Pada
hari itu juga diadakan rapat dosen yang membahas kabar berita terupdate mengenai
perkuliahan. Pada suatu kesempatan di Lobi Mesen, ada saya, Andika dan Elan
sedang berbincang ringan mengenai acara Psyche yang sedang rame rame nya di
aula mesen. Kemudian selang beberapa saat, setelah masuk dari ruang dosen, pak
Hakim menyambangi kami dengan ekspresi yang masih belum berubah, hahaha, dengan
gaya dan tertawanya yang khas. Asli MTA yang penuh semangat.
Topik
demi topik kita diskusikan dengan penuh antusias, setidaknya saya, andika dan
elan yang antusias, hehe. Lalu tibalah pada topik yang membahas tentang sistem
baru yang diterapkan prodi di atas. Beliau telah mendengar dari rapat dosen
yang telah diadakan pagi tadi. Tentu saja dengan komentar dan usulan yang
kritis bak mewakili seluruh aspirasi MTA beliau memaparkan pendapatnya pada
rapat tersebut. Kurang lebih intinya adalah, apabila sistem tersebut sudah
disahkan dan disosialisasikan, tidak ada lagi pihak yang tidak terlibat,
termasuk di sini adalah dosen sebagai bagian yang paling penting dalam alur
sistem, apabila semua mahasiswa sudah mulai siap dengan perubahan sistem, namun
dosen yang notabene subagai pencetus gagasan dan sistem tersebut belum siap,
maka bukan tidak mungkin selaku objek dalam sistem ini adalah mahasiswa yang paling
mengalami kerugian.
Deddy Suryawan - Mahasiswa Psikologi
stasiunkecil.wordpress.com