Ketika beranjak dewasa, ada kalanya kita merasa ingin
kembali ke masa lalu. Masa di
mana kita menjadi anak kecil. Senang saat diajak jalan-jalan oleh ayah dan ibu.
Bertanya banyak hal kepada mereka sepanjang perjalanan. Menanyakan hal-hal yang
mungkin sekarang terdengar bodoh atau tidak penting. Dengan penuh
kebijaksanaan, mereka tidak pernah bosan menjawab pertanyaan dari kita.
Benar bahwa
masa paling indah adalah masa-masa di sekolah. Mendengarkan ucapan guru di
kelas untuk menjadi bahan obrolan dengan ayah ibu kita di rumah. Menerima
segala apa yang kita dapat tanpa membantahnya sama sekali. Bahkan kadang
perkataan guru lebih kita percaya daripada ayah dan ibu. Mungkin ini adalah
salah satu hasil ajaran orang tua kita untuk menghormati orang yang berilmu.
Kita tidak
perlu takut besok akan makan apa dan dimana. Atau besok harus bisa kejar target
berapa agar atasan tidak marah-marah. Yang kita takutkan adalah jika ayah ibu
melihat nilai hasil ujian kita yang jelek. Padahal sepengetahuanku, mereka
hanya akan mengatakan “Ya sudah, yang
penting kamu sudah berusaha. Ayah dan Ibu tahu kok kalau kamu sudah belajar..”
Kemudian kita
menjadi lebih percaya diri untuk melakukan banyak hal. Tanpa perlu memikirkan
apa yang orang lain katakan tentang kita. Bahkan jika itu aneh di luar batas
kewajaran. Karena yang benar-benar kita takutkan adalah jika hal itu melanggar
janji kita dengan orang tua atau menyebabkan orang lain bersedih. Satu lagi,
jika hal itu menyebabkan kita berdosa dan mendapat hukuman di neraka. Begitu
kata guru agamaku.
Rupanya badan kita yang membesar telah menjebak jiwa kita. Menjadikannya
kecil dan tidak berani menatap wajah dunia ini. Tidak mau menerima nasehat dan
masukan orang lain. Mudah marah dan tersinggung jika mendapati orang lain
berkata sesuatu tentang kita. Mengurung keberanian kita untuk menjelajahi dunia
baru di luar sana. Pikiran kita menjadi sempit, seolah hidup ini hanya
dihabiskan untuk mencari kesenangan diri sendiri. Sehingga kita lupa untuk
berusaha mencari ketenangan dalam kehidupan ini.
Sesekali kita perlu menengok ke dalam diri. Jika ilmu yang
kita miliki selama ini menjadikan kita sombong, maka menjadi bodohlah. Sehingga
kita bersegera mencari jalan kebenaran. Tidak usah takut untuk bertanya. Buka
diri dan bergegaslah untuk berjalan mengembara ke padang ilmu. Banyak hal-hal
besar terhampar diluar sana untuk kita jelajahi. Kejarlah karya, jadilah penemu
dalam kehidupan kita sendiri. Ciptakan hal-hal besar untuk kemanfaatan banyak
orang. Dan tetaplah menjadi kecil, agar jiwa kita senantiasa merasa dibimbing
olehNya.
20160107
*diambil dari blog pribadi: http://catatanmashahan.blogspot.co.id/2017/01/menjadi-kecil.html