![]() |
Sumber Gambar: Nell-The Day Before MV |
Pernahkah terpikir bahwa ada alasan mengapa beberapa orang ingin segera mengakhiri kehidupan ini?
Aku sendiri pernah mencoba kabur dari permasalahan
hidup dengan melukai diri, tapi jujur saja ketika itu aku tak terpikir cara
lain untuk segera menghilangkan rasa sakit yang teramat dalam pada diriku,
setidaknya dengan menggoreskan pecahan kaca itu ke lengan kiriku, rasa sakit
dalam diri jadi tersamarkan dengan rasa sakit fisik yang kurasakan. Ketika itu
aku tak begitu takut melihat darah mengalir keluar dari dalam tubuhku. Namun
sekarang, mengingat masa-masa itu, membuatku menjadi phobia dengan darah. Mungkin bagiku darah membawa kembali trauma
masa lalu yang begitu menghantuiku, karena di masa lalu kehidupan terasa begitu
ganas memangsa tubuh remajaku, hingga aku memutuskan untuk mengakhiri
penderitaan dengan mengambil nyawaku sendiri.
Setidaknya sekarang aku sudah tak ingin mengakhiri
hidupku sendiri, meski masih terasa lirih, tapi aku coba untuk tetap
memberanikan diri menjalani sisa hidup yang hanya sebentar ini. Sudah begitu lama ketika aku berhenti menegak
alkohol dan mengiris-ngiris pegelangan tangan kiriku, meskipun pikiran-pikiran
untuk mengakhiri hidup masih sering terlintas di benakku. Aku mengatasi pikiran
itu dengan menyibukkan diri, berkuliah, mengikuti kegiatan komunitas, dan
menulis. Ya, aku sudah cukup menyibukkan diri, namun tetap harus berhati-hati
karena kau tau sendiri kan, depresi yang aku rasakan merupakan makhluk yang
berasal dari dimensi lain dan dia pandai dalam memperdaya manusia, setidaknya
manusia yang bodoh seperti diriku. Depresiku bisa menampakkan dirinya dalam
wujud yang begitu ringan dan indah seperti seekor kupu-kupu kecil yang
beterbangan mengitari tubuhku dan di waktu lainnya ia berubah menjadi makhluk
raksasa setinggi pohon kelapa, bertanduk dan dengan sorot mata merah yang
mencekam tubuh lesuku di akhir hari. Depresi mulai memangsaku ketika matahari
terbenam, saat aku merasa sendirian dan mulai kehilangan harapan akan dunia
serta cinta.
Namun hal yang lucu adalah ketika berbicara tentang
cinta, aku rasa hanya depresiku yang masih setia mencintaiku karena segala
upaya yang aku lakukan, ia tetap saja kembali ke sisiku bahkan tanpa diminta.
Tak seperti ibu asuh yang meninggalkanku tanpa seuntaipun kata perpisahan, tak
seperti ayahku yang melarikan diri dari kenyataan bahwa istrinya memilih mati menenggelamkan
diri di laut daripada hidup bersamanya, tak juga seperti dirimu yang berhenti merangkulku
karena tertangkap jaring para nelayan. Depresiku nampak lebih tulus dalam
menerima diriku apa adanya.
Mungkin ketulusan itulah yang membuatku pernah mencoba
mengakhiri hidup. Atau mungkin aku yang terlalu berlebihan dalam menanggapi
tingkah orang-orang di sekitarku? Mungkin ada pola pikir yang salah dalam
diriku? Ataukah memang pola pikir seperti itu yang diajarkan oleh keluargaku? Ya,
keluarga… sekelompok orang-orang sinis yang berusaha menjatuhkan satu sama
lain, jika memang begitu arti keluarga, aku rasa aku bisa bertahan hidup dengan
kenyataan itu. Mungkin juga memang keluargalah yang membuat pamanku ‘gantung
diri’ di ruang tamu rumahnya ketika istri yang begitu dia cintai
meninggalkannya entah kemana dan hal itu membuat hidup sepupuku hancur serta
dia juga menghilang entah kemana, sudah 5 tahun semenjak aku melihatnya.
Sekarang apakah dia hidup atau mati, sama sekali tak ada yang tahu, keluarga
pun tak ada yang peduli, mereka masih sibuk menjatuhkan anggota lainnya karena
dengan demikian harta warisan kakek akan bisa mereka kuasai lebih banyak. Ya,
kakek yang begitu kaya raya serta memiliki banyak keturunan, membuatnya menjadi
orang paling sial yang pernah aku kenal. Kakek tua itu mati akibat diracuni,
dan yang difitnah melakukan perbuatan keji itu adalah ibuku yang seperti biasa,
sedang berbaik hati membuatkan bubur kesukaan si kakek tua. Namun ketika si tua
bangka itu mati setelah memakan bubur, ibuku menjadi kambing hitam para
saudaranya. Ibu dituduh meracuni kakek tanpa adanya bukti yang jelas. Akhirnya
ibu yang begitu penuh dengan perasaan panik itu pun menjadi muram selama beberapa
hari hingga akhirnya ia pergi dari rumah dan kembali saat telah menjadi mayat.
Namun, tak cuma kembali sebagai mayat, ibuku juga
membawa prestasi baru di keluarga kami yang berantakkan itu. Ia satu-satunya
anggota keluarga yang pernah masuk koran, tepatnya termuat dalam surat kabar
minggu dimana sekelompok nelayan menemukan mayat seorang wanita paruh baya
tersangkut di jaringnya. Ya mayat itu adalah ibu.
“Well done Mom! You
make yourself famous, I’m proud of you… you must be happy now, have a nice
reunion with your dear father in hell!”
Cold Regards,
Your Only Son,
The Greatest Loser of This
Century
Tidak ada komentar:
Posting Komentar